Kita semua punya teman dekat, dan bahkan sudah dianggap satu paket dengan kita sendiri saking seringnya bersama. Ke mana-mana berdua seperti pasangan yang baru jadi, hanya saja dalam bentuk pertemanan.

Buat saya, Chenny-lah orangnya.

Anak-anak jurusan saya, baik senior, satu angkatan, atau junior, semua tahu bahwa di mana ada Chenny, di situ ada saya. Kami sudah berteman sejak semester satu, dari yang tadinya Chenny ke mana-mana pakai kaos polo kebesaran, hingga sekarang bersembunyi di balik rok atau terusan. Dari yang tadinya berambut cepak khas anak SMA semi-militer, hingga bergelombang hasil jedai kesayangannya. Dari yang tadinya tidak peduli penampilan, hingga berlipstik merah ke mana-mana.

Dari yang tadinya setiap hari bersama, hingga yang bertemu pun jarang.

***

Saya dan Chenny memang selalu bersama, tapi kita seringnya menyukai hal-hal berbeda. Passion kami pun berbeda. Saat magang, kami pun berpisah (meski secara teknis masih berkantor di satu jalan). Saya tinggal di rumah saudara di Kebayoran, dan dia memilih tinggal di kos belakang kantornya.

Selama magang, saya dekat dengan keponakan saya. Dari kecil kami memang dekat, dan kemarin makin dekat karena memang sekamar. Sedangkan Chenny menjadi lebih dekat dengan teman-teman yang kos dan kantornya berada di daerah sana juga.

Sekarang, sebagian besar anak-anak angkatan kami sudah kembali ke Cikarang. Berjuang menulis skripsi, sambil menyelesaikan dua subject perintilan.

Tapi Chenny masih di Jakarta, melanjutkan kontrak kerja. Sementara kami di sini bisa bertemu hampir kapan saja, dia hanya bisa melihat fotonya lewat sosial media.

Saya di sini bermain dengan siapa, dia di sana dengan siapa.

Meskipun ada teknologi yang bisa mempermudah komunikasi kami, jarak memang tidak bisa dibantah.

***

Kemarin, ada sebuah celetukkan Chenny yang entah kenapa menggelitik buat saya.

“Sekarang posisi gue sudah tergantikan,” begitu katanya.

Memang, sekarang bukan dia yang selalu ada di samping saya.

Bukan saya juga yang dia ajak mengobrol atau bercanda.

Mungkin benar, bahwa kami sudah tidak pernah lagi menghabiskan waktu bersama. Mungkin, posisi satu sama lain memang sudah tergantikan dengan orang-orang yang secara fisik lebih dekat.

Tidak masalah buat saya.

Karena saya tahu satu hal. Di saat-saat tertentu, saya dan dia tetap akan ada untuk satu sama lain.

Maybe we cannot be there for each other everyday. But we will be there when it counts.

2 thoughts on “

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.